Market Update Bancassurance Januari 2022

Seperti dejavu, memasuki awal 2022 pasar obligasi dunia kembali bergejolak ditandai oleh kenaikan imbal hasil US Treasury Amerika Serikat yang naik hingga 1.70%. Apa penyebabnya?
Normalisasi pertumbuhan ekonomi dan normalisasi kebijakan moneter menjadi tema utama pasar global di tahun ini. Kenaikan masif pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di 2021 yang disertai oleh kenaikan inflasi mendorong bank sentralnya (The Fed) untuk melakukan penyesuaian kebijakan moneter. Arah kebijakan The Fed terlihat semakin hawkish, mempercepat laju tapering menjadi USD30 miliar per bulan (USD20 miliar US Treasury dan USD10 miliar Agency Mortgage-Backed Securities) dari sebelumnya hanya USD15 miliar per bulan.

Selain itu, risalah rapat The Fed juga mengindikasikan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan sampai 3 kali di tahun ini. Sebetulnya langkah ini sudah sedikit banyak diantisipasi oleh pelaku pasar, terlihat dari data konsensus yang sudah memperkirakan kenaikan suku bunga di tahun ini lebih dari dua kali bahkan sejak bulan November lalu. Faktor high base berpotensi untuk meredakan tekanan inflasi dan menyebabkan moderasi terhadap rilis data ekonomi ke depannya, sehingga komunikasi bank sentral akan sangat krusial terutama di tengah dinamika pandemi dan normalisasi ekonomi. Sinyal dovish akan dianggap kurang peka terhadap kondisi yang ada, sementara sinyal yang terlalu hawkish dapat memberikan sentimen negatif bagi pemulihan ekonomi dan pasar finansial. Keseimbangan akan menjadi kunci.

Berkaca pada turbulensi yang terjadi di tahun 2013, apakah perekomian Indonesia kini dapat ‘tahan’ terhadap dampak normalisasi The Fed?

Seperti halnya dengan dengan sebagian besar negara di Asia, Indonesia berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun 2013 ketika The Fed mengumumkan pengurangan program kuantitatif. Indikator stabilitas makroekonomi seperti suku bunga riil, inflasi, neraca transaksi berjalan dan cadangan devisa menunjukkan perbaikan yang sangat berarti sehingga kondisi ini dapat membuat Indonesia menjadi lebih kuat dalam menghadapi normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat. Selama proses normalisasi dikomunikasikan dengan baik, berjalan sesuai rencana dan kenaikan imbal hasil US Treasury terjadi secara bertahap maka Indonesia terlihat siap dalam menghadapi normalisasi ini.

Bagaimana potensi pasar obligasi Indonesia berdenominasi rupiah di tahun ini?
Secara teori memang betul bahwa dalam periode siklus kenaikan suku bunga, kelas aset obligasi akan menghadapi lebih banyak tantangan, sesuai dengan prinsip bahwa suku bunga dan harga obligasi berbanding terbalik. Namun yang perlu dicermati adalah fundamental makro ekonomi Indonesia sangat baik dan lebih siap dalam menghadapi potensi kenaikan suku bunga didukung oleh beberapa hal: 

  1. Berkurangnya target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di 2022 menjadi Rp991,3 triliun.
  2. Pemulihan ekonomi dan rencana pemerintah untuk menekan defisit anggaran di bawah 3% di 2023 berpotensi mengurangi tekanan pembiayaan dan penerbitan SBN ke depannya. Sejauh ini pemulihan ekonomi berdampak positif terhadap penerimaan negara, di mana pada 2021 penerimaan pajak – untuk pertama kalinya dalam dua belas tahun – melebihi target APBN sebesar 14,9%.
  3. Rendahnya kepemilikan asing – sudah turun ke level 19% vs 37% di 2018 di mana pada tahun tersebut juga terjadi kenaikan suku bunga – dapat mengurangi risiko foreign portfolio outflow ketika kondisi sentimen global memburuk.
  4. Berlanjutnya skema burden sharing antara Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan yang dapat mengurangi tekanan pembiayaan di pasar perdana. Selama tahun 2021 Bank Indonesia melakukan pembelian SBN melalui mekanisme burden sharing sebesar Rp358,3 triliun.
  5. Pemanfaatan Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp269,2 triliun – lebih besar dari rata-rata SAL dalam 10 tahun terakhir di Rp146,3 triliun – dapat digunakan untuk menutupi kekurangan dalam pembiayaan di 2022.
     

Tadi sudah disinggung terkait obligasi mata uang Rupiah, bagaimana dengan peluang obligasi denominasi dolar?
Secara historis meskipun obligasi denominasi dolar lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan imbal hasil US Treasury, namun beberapa katalis obligasi rupiah yang telah disampaikan sebelumnya juga berdampak positif pada obligasi dolar. Rendahnya rencana penerbitan obligasi dolar yang hanya sekitar 11%-14% dari total penerbitan SBN dapat mengurangi jumlah pasokan di pasar. Di samping itu obligasi dolar juga didorong oleh mulai stabilnya pergerakan credit default swap Indonesia tenor lima tahun yang berada <80 basis poin, lebih rendah dibandingkan rerata dalam 3 bulan terakhir di 81,15 basis poin.

Selain katalis yang sudah disebutkan tadi, apa risiko yang perlu dicermati?
Perkembangan varian baru pandemi dan efektivitas vaksin, komunikasi pemerintah dan bank sentral akan perubahan kebijakan moneter dan fiskal – besaran dan kecepatannya – serta volatilitas pergerakan imbal hasil US Treasury adalah beberapa faktor risiko utama yang perlu dicermati ke depannya. Kualitas rilis data ekonomi dalam beberapa bulan mendatang akan mempengaruhi bagaimana normalisasi kebijakan moneter global akan dilakukan. Terutama untuk domestik, percepatan pertumbuhan ekonomi yang dapat berdampak pada laju pertumbuhan kredit menjadi salah satu faktor yang perlu dicermati mengingat selama ini bank menjadi pembeli mayoritas SBN.


Apa strategi portofolio yang diterapkan dalam menyikapi tahun 2022 yang sangat dinamis ini?

Guna menghasilkan alpha pada kinerja portofolio, pengelolaan akan didasari pada pendekatan top-down – analisa makro ekonomi global dan domestik dan kekuatan analisa bottom-up – untuk pembentukan portofolio yang optimal. Strategi investasi akan memperhatian beberapa aspek:

  • Duration management
    Mengedepankan pengelolaan aktif dan stabilitas kinerja, di mana durasi portofolio akan sangat dinamis Overweight atau Underweight terhadap tolok ukur, bergantung dari outlook dan view terhadap prospek pasar.
     
  • Security selection
    Mengurangi porsi off the run series guna menjaga likuiditas dan imbal hasil optimal.

  • Yield enhancement
    Memaksimalkan potensi imbal hasil pada porsi kas portofolio dengan penempatan pada obligasi korporasi pasar uang dengan credit worthiness yang kuat dan terpercaya
     

Di samping itu kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali.

 

 


 

 

 

Seeking α adalah komunikasi bulanan yang dirilis oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI). Disampaikan dalam format Tanya-jawab, Seeking α ditujukan untuk menyajikan pandangan para ahli investasi MAMI yang berorientasi ke depan, langsung ke hadapan Anda, para investor profesional MAMI.
Bulan ini kami mengetengahkan komentar pasar terkini dari Portfolio Manager, Syuhada Arief.

Syuhada Arief
Senior Portfolio Manager - Fixed Income

 

Memiliki izin Wakil Manajer Investasi dari Bapepam-LK berdasarkan Surat Keputusan Ketua OJK No.KE18/BL/WMI/201. Sebelum bergabung dengan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Arief bekerja sebagai Senior Fund Manager di CIMB Principal Asset Management. Arief memulai karirnya di Asuransi Jiwa Manulife Indonesia dan melanjutkan karirnya di Avrist Assurance sebagai Fund Manager. Arief meraih gelar Master of Financial Management dan Master of Professional Accounting dari Australian National University (ANU) serta memperoleh gelar Sarjana Matematika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan telah lulus CFA level 1.

 

 

 

PENGUNGKAPAN DAN SANGGAHAN:

Informasi di dalam dokumen ini disusun berdasarkan sumber yang dapat dipercaya oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia namun PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak menjamin keakuratan, kecukupan, atau kelengkapan informasi dan materi yang diberikan. Baik PT Manulife Aset Manajemen Indonesia atau afiliasinya, maupun direksi, pejabat atau pegawainya tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan yang timbul, baik terhadap atau diderita oleh orang atau pihak apapun dan dengan cara apapun yang dianggap sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan atas dasar keseluruhan atau sebagian dari dokumen ini.

Dokumen ini disusun untuk tujuan pemberian informasi dan tidak dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi, nasihat professional, penawaran, penjualan atau ajakan oleh atau atas nama PT Manulife Aset Manajemen Indonesia kepada siapa pun untuk melakukan pembelian atau penjualan efek. Dokumen ini tidak memuat nasihat investasi, hukum, akuntansi, perpajakan atau pernyataan bahwa suatu investasi atau strategi sesuai atau cocok untuk kondisi Anda, atau merupakan rekomendasi personal untuk Anda. Analisa trend ekonomi di dalam dokumen ini tidak mengindikasikan hasil kinerja investasi masa depan. Dokumen dan pendapat yang disampaikan di dalam dokumen ini dibuat oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia pada tanggal publikasi dokumen, dan dapat berubah sesuai dengan kondisi pasar atau lainnya. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa datang. Investasi mengandung risiko, termasuk risiko berkurangnya nilai awal investasi. Dalam melakukan investasi, apabila ada keraguan, disarankan untuk berkonsultasi dengan penasihat profesional.

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah perusahaan Manajer Investasi dengan izin dari Bapepam No. Kep-07/PM/MI/1997 tertanggal 21 Agustus 1997. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah bagian dari Manulife Asset Management. Informasi selengkapnya mengenai Manulife Asset Management dapat ditemukan di www.manulifeam.com. Manulife Asset Management, Manulife, dan desain logo Manulife adalah merk terdaftar dari Manufacturers Life Insurance Company dan digunakan oleh Manulife dan afiliasinya.