Market Update Bancassurance September 2020

Pasar saham global melanjutkan tren positif di bulan Agustus. Di tengah pandemi Covid-19 yang belum membaik saat ini apa yang mendorong penguatan pasar saham?

Saat ini optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi lebih mendominasi sentimen pasar dibanding kekhawatiran terkait kasus Covid-19. Sepertinya pasar sudah menerima fakta bahwa Covid-19 akan sulit untuk diberantas hingga vaksin ditemukan. Oleh karena itu fokus pasar saat ini lebih melihat bagaimana tren kondisi ekonomi ke depannya walau kondisi Covid belum membaik. Positifnya, data terkini dari berbagai negara besar menunjukkan tren perbaikan data ekonomi. Baik dari Amerika Serikat, Eropa, dan Asia kami melihat tren perbaikan data ekonomi, baik itu dari sektor manufaktur maupun dari sektor jasa seperti penjualan ritel. Selain dari data ekonomi, pasar juga merespon positif kabar perkembangan vaksin, di mana saat ini ada 7 vaksin yang sudah memasuki fase ketiga uji klinis manusia, yang merupakan tahap terakhir sebelum persetujuan dan produksi masal. Kabar ini juga turut mendukung optimisme pasar secara global.

IHSG telah menguat ~30% dari titik terendah di bulan Maret. Apakah level saat ini sudah terbilang mahal? Adakah faktor yang akan tetap mendorong potensi penguatan pasar lebih lanjut ke depannya?

Menurut kami, secara fundamental masih ada potensi upside di pasar saham. Saat ini pasar mulai melihat potensi perbaikan ekonomi di 2021 yang juga akan mendukung kinerja emiten. Konsensus memperkirakan laba emiten dapat tumbuh sekitar 30% di 2021. Kami juga melihat ada potensi penguatan pasar dari inflow investor asing ke pasar saham Indonesia. Sejauh ini penguatan pasar lebih didominasi oleh aktivitas investor domestik, sementara investor asing masih membukukan outflow. Sejalan dengan tren perbaikan ekonomi dan meningkatnya risk appetite pasar kami memandang adanya potensi kembalinya investor asing ke pasar saham Indonesia.

Pandangan ini juga didukung oleh kondisi likuiditas yang melimpah di pasar global. Berbagai bank sentral melakukan injeksi likuiditas secara masif untuk menopang ekonomi. Sebagai gambaran, neraca bank sentral Amerika (The Fed) meningkat drastis USD3 triliun dalam 8 bulan, sementara sebelumnya membutuhkan waktu 8 tahun bagi The Fed untuk melakukan injeksi likuiditas sebesar itu pasca krisis finansial 2008. Kondisi ini dapat memicu yield hunt termasuk ke aset yang lebih berisiko untuk mencari imbal hasil lebih menarik. Oleh karena itu kami memandang ada potensi kembalinya dana asing ke pasar Indonesia ke depannya yang dapat mendukung penguatan pasar.

Terdapat anggapan saham ‘new economy’ (berbasis teknologi dan internet) menjadi primadona saat ini, sementara itu sektor ‘old economy’ belum dilirik. Apakah ini membatasi potensi inflow asing ke pasar saham Indonesia?

Saham  ‘new  economy’ saat ini menjadi primadona bagi investor, karena sektor berbasis IT dan internet dipandang terdampak minimal – atau bahkan diuntungkan – dari kondisi pandemi Covid-19. Pasar saham Indonesia memang masih tergolong ‘old economy’ karena sektor bisnis emiten dalam IHSG masih didominasi sektor perbankan dan barang konsumer, sementara saham yang berhubungan dengan IT atau internet masih sangat minim.  Walau  demikian,  menurut  kami  sektor  ‘old  economy’  ini masih memiliki potensi. Pasar akan kembali melirik sektor old economy seiring dengan pemulihan data ekonomi dan meningkatnya risk appetite investor. Secara fundamental, kinerja emiten dalam sektor ini juga akan membaik sejalan dengan pemulihan ekonomi dan kembalinya keyakinan bisnis dan konsumen.

Di tengah kasus harian Covid-19 di Indonesia yang belum membaik apakah Anda optimis terhadap potensi pemulihan ekonomi di semester II-2020?

Kami melihat ada sinyal bahwa ekonomi Indonesia mulai membaik. PMI manufaktur Indonesia naik ke level 50.8 di Agustus, yang mengindikasikan ekspansi, pertama kalinya masuk zona ekspansi sejak awal pandemi. Data ini mengindikasikan sinyal permintaan sudah mulai membaik. Data penjualan ritel juga mulai menunjukkan perbaikan dari titik terendahnya, walau masih dalam zona kontraksi. Dalam pandangan kami perbaikan data ekonomi ini masih dapat berlanjut didukung akselerasi penyerapan stimulus pemerintah untuk mendukung daya beli masyarakat. Pembayaran gaji ke-13 PNS di Agustus, program tunjangan karyawan swasta, serta rencana diskon tarif listrik merupakan beberapa contoh kebijakan untuk mendukung daya beli masyarakat di semester II-2020. Konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 55% terhadap PDB, oleh karena itu kebijakan untuk mendukung daya beli krusial dalam proses pemulihan ekonomi.

Defisit anggaran pemerintah dalam RAPBN 2021 ditargetkan pada level 5.5% dari PDB, lebih lebar dari ekspektasi di level 4.2%. Apakah ini menjadi faktor kekhawatiran bagi pasar saham?

Bagi pasar saham postur anggaran ini harusnya menjadi sentimen positif, karena ini mengindikasikan arah kebijakan pemerintah yang pro pertumbuhan. Pasar saham biasanya bergerak mengikuti arah pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan laba emiten. Dengan kebijakan pemerintah yang pro pertumbuhan maka ini berpotensi untuk mendukung pasar saham. Kami juga mengapresiasi anggaran untuk infrastruktur yang kembali meningkat tinggi – sekitar 47% - karena ini menunjukkan komitmen pemerintah menyeimbangkan antara percepatan pemulihan ekonomi dan melanjutkan reformasi struktural.

DPR dikabarkan berencana membentuk Dewan Moneter untuk membantu pemerintah dan BI dalam koordinasi kebijakan moneter. Kebijakan ini dikhawatirkan dapat mengganggu independensi BI di mata investor. Bagaimana tanggapan Anda?

Independensi dan kredibilitas BI merupakan salah satu faktor yang diapresiasi oleh investor terhadap Indonesia, sehingga wacana terkait Dewan Moneter ini dapat menjadi faktor ketidakpastian bagi pasar. Kami masih harus memonitor perkembangan dari pembahasan kebijakan ini. Saat ini kebijakan ini masih dalam pembahasan di DPR dan belum ada informasi lebih rinci mengenai cara kerja dan wewenang Dewan Moneter tersebut. Dalam pandangan kami masih akan kajian lebih yang akan dilakukan oleh DPR yang dapat merubah bentuk atau detil kebijakan ini. Pastinya pembuat kebijakan akan mempertimbangkan input dari pelaku pasar terkait hal ini mengingat persepsi investor merupakan faktor krusial dalam menjaga stabilitas makroekonomi.

Bagaimana strategi portofolio Anda saat ini? Sektor apa yang Anda unggulkan?

Dalam pandangan kami sentimen pasar saat ini sudah beranjak lebih positif didukung oleh perbaikan ekonomi gradual dan stabilitas makroekonomi. Dengan dasar ini kami secara bertahap melakukan alokasi portofolio pada saham sektor siklikal seperti perbankan dan materials yang dapat diuntungkan dari tren perbaikan ekonomi dan risk appetite pasar. Pemilihan saham kami lakukan berdasarkan riset fundamental mendalam yang memperhitungkan sentimen terkini, valuasi, potensi pertumbuhan, dan juga likuiditas saham untuk mengoptimalkan risk-return portofolio.


 

Seeking α adalah komunikasi bulanan yang dirilis oleh
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI). Disampaikan dalam format Tanya-jawab, Seeking α ditujukan untuk menyajikan pandangan para ahli investasi MAMI yang berorientasi ke depan, langsung ke hadapan Anda, para investor profesional MAMI.

 

Bulan ini kami mengetengahkan komentar pasar terkini dari Senior Portfolio Manager-Equity,
Samuel Kesuma.

Samuel Kesuma. CFA
Senior Portfolio Manager-Equity

Samuel memulai karir profesionalnya di industri finansial dengan bekerja di PT Trimegah Securities sebagai Investment Analyst. Sebelum bergabung bersama PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Samuel bekerja di PT BNP Paribas Investment Partners sebagai Equity Portfolio Manager, PT Trimegah Asset Management sebagai Equity Fund Manager, Abacus Capital (S) Pte Ltd – Singapura sebagai Corporate Finance Analyst, dan ANZ Bank – Singapura sebagai Investment Consultant. Samuel adalah pemegang sertifikasi Chartered Financial Analyst (CFA).

 

 

 

PENGUNGKAPAN DAN SANGGAHAN:

Informasi di dalam dokumen ini disusun berdasarkan sumber yang dapat dipercaya oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia namun PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak menjamin keakuratan, kecukupan, atau kelengkapan informasi dan materi yang diberikan. Baik PT Manulife Aset Manajemen Indonesia atau afiliasinya, maupun direksi, pejabat atau pegawainya tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan yang timbul, baik terhadap atau diderita oleh orang atau pihak apapun dan dengan cara apapun yang dianggap sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan atas dasar keseluruhan atau sebagian dari dokumen ini.

Dokumen ini disusun untuk tujuan pemberian informasi dan tidak dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi, nasihat professional, penawaran, penjualan atau ajakan oleh atau atas nama PT Manulife Aset Manajemen Indonesia kepada siapa pun untuk melakukan pembelian atau penjualan efek. Dokumen ini tidak memuat nasihat investasi, hukum, akuntansi, perpajakan atau pernyataan bahwa suatu investasi atau strategi sesuai atau cocok untuk kondisi Anda, atau merupakan rekomendasi personal untuk Anda. Analisa trend ekonomi di dalam dokumen ini tidak mengindikasikan hasil kinerja investasi masa depan. Dokumen dan pendapat yang disampaikan di dalam dokumen ini dibuat oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia pada tanggal publikasi dokumen, dan dapat berubah sesuai dengan kondisi pasar atau lainnya. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa datang. Investasi mengandung risiko, termasuk risiko berkurangnya nilai awal investasi. Dalam melakukan investasi, apabila ada keraguan, disarankan untuk berkonsultasi dengan penasihat profesional.

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah perusahaan Manajer Investasi dengan izin dari Bapepam No. Kep-07/PM/MI/1997 tertanggal 21 Agustus 1997. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah bagian dari Manulife Asset Management. Informasi selengkapnya mengenai Manulife Asset Management dapat ditemukan di www.manulifeam.com. Manulife Asset Management, Manulife, dan desain logo Manulife adalah merk terdaftar dari Manufacturers Life Insurance Company dan digunakan oleh Manulife dan afiliasinya.