Market Update Bancassurance November

Tahun ini pergerakan pasar saham Asia terlihat sangat ‘kontras’ jika dibandingkan dengan Amerika Serikat. Sampai dengan 7 November, kinerja tahun berjalan MSCI Asia Pacific ex Japan adalah -11.9% sementara S&P 500 yang merupakan indeks saham AS membukukan kinerja +5.3%. Dengan memperhitungkan perkembangan terkini bagaimana peluang pasar saham Asia di tahun depan?

Kami memiliki outlook yang lebih positif untuk pasar saham Asia di tahun depan, didukung oleh ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS yang diperkirakan akan mengalami moderasi di tahun 2019 dipicu oleh;

• Dampak pemotongan pajak yang memudar, efek pemotongan pajak terhadap ekonomi hanya merupakan one-off di tahun 2018 dan tidak berlanjut di tahun 2019. 

• Dampak konflik perdagangan dengan China akan mulai terasa pada perekonomian domestik AS. 

• Dampak negatif dari USD yang terlalu ‘kuat’. 

• Peningkatan suku bunga yang terus menerus secara natural akan menjadi ‘rem’ bagi perekonomian, dimana sejak siklus kenaikan suku bunga dimulai efeknya pada perekonomian biasanya dirasakan setelah 1.5 tahun.

Sinyal moderasi pertumbuhan ekonomi AS akan memiliki dampak yang positif bagi pasar finansial maupun mata uang kawasan Asia karena diperkirakan The Fed akan lebih berhati - hati dan tidak terlalu agresif dalam memutuskan arah kebijakan moneter agar tidak ‘mengerem’ perekonomian secara berlebihan. Kondisi ini dapat mengurangi tekanan bagi bank sentral dan mata uang kawasan Asia. Di samping itu moderasi pada pertumbuhan ekonomi AS tentunya juga akan berdampak pada kinerja keuangan emiten AS, itulah sebabnya di tahun depan kinerja keuangan emiten Asia diperkirakan akan mengungguli kinerja keuangan emiten AS.  Kuatnya pasar saham AS pada tahun ini juga banyak didukung oleh buy back saham oleh perusahaan, yang menurut kami tidak sustainable untuk meningkatkan value bagi pemegang saham. Selain didukung oleh proyeksi positif kinerja keuangan emiten Asia, pasar saham Asia juga menawarkan valuasi yang sangat menarik, dimana valuasi pasar saham Asia lebih ‘murah’ jika dibandingkan dengan valuasi pasar saham AS dan sudah menyentuh level terendah dalam lima tahun. 

Sebelumnya disebutkan bahwa The Fed diperkirakan tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun depan, sejauh ini berapa kali perkiraan kenaikan Fed Rate di 2019?

Berdasarkan rapat FOMC di bulan September, The Fed memperkirakan kenaikan Fed Rate sebanyak 3x sementara konsensus pasar memperkirakan kenaikan Fed Rate sebanyak 2x di tahun 2019. Kenaikan Fed Rate diperkirakan tidak akan seagresif tahun 2018 karena suku bunga saat ini semakin mendekati ‘suku bunga netral’ 3%, yang diyakini sebagai posisi dimana suku bunga tidak menstimulasi maupun menekan perekonomian. 

Beralih ke pasar domestik, menjelang akhir tahun kinerja pasar saham Indonesia seperti belum mencapai potensi maksimalnya dimana earnings tumbuh positif sementara pasar saham mencatatkan kinerja negatif. Apa komentar anda akan hal ini?

Tingginya valuasi pasar saham Indonesia di awal tahun yang sempat mencapai +2 standar deviasi menyebabkan pasar saham rentan terhadap ‘ketidakpastian’ domestik serta global. Koreksi yang terjadi pada pasar saham Indonesia di tahun ini bukan semata – mata karena faktor fundamental domestik, melainkan lebih disebabkan oleh sentimen global. ‘Penyesuaian’ ekspektasi investor terhadap pasar saham Indonesia membawa valuasi pasar saham ke level yang lebih atraktif dimana saat ini valuasi menyentuh -1 standar deviasi jauh lebih rendah dibandingkan dengan awal tahun. Rendahnya kepemilikan asing serta pertumbuhan pasar saham yang tidak sejalan dengan proyeksi pertumbuhan laba korporasi di tahun ini membuat peluang pasar saham Indonesia semakin atraktif di tahun depan. 

Sering dikatakan bahwa hasil laporan keuangan emiten Q3 dapat dijadikan sebagai prediksi pergerakan pasar saham ke depannya. Bagaimana sejauh ini hasil laporan keuangan emiten Indonesia selama Q3? 

Laporan keuangan emiten Q3 membukukan hasil yang cukup baik. Dari 57 perusahaan – dengan total kapitalisasi pasar sekitar 70% dari IHSG – melaporkan pertumbuhan laba bersih di Q3 sebesar +17% YoY, sementara 9M18 bertumbuh +10% YoY. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan laba bersih selama 1H18 yang mencapai +6% YoY. Secara umum terjadi net profit rebound di seluruh sektor baik itu komoditas, non-komoditas juga perbankan. Perkiraan pertumbuhan EPS sebesar 10% di tahun ini dapat tercapai selama momentum pertumbuhan laba bersih dapat terus dipertahankan hingga Q4. 

Wacana penyesuaian harga BBM bersubsidi kembali menjadi topik hangat dan mengundang pro kontra di kalangan masyarakat. Jika penyesuaian harga BBM dilakukan apa dampaknya terhadap perekonomian?

Sebelumnya di bulan Oktober pemerintah sempat menaikkan harga BBM non-subsidi (Pertamax series) di level yang cukup beragam mulai dari IDR900 hingga IDR1,350, sempat dikabarkan bahwa pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi namun akhirnya keputusan tersebut ditunda. Diperkirakan bahwa pemerintah akan melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi setelah Pilpres 2019. Dampaknya terhadap perekonomian dapat dilihat dari dua sisi;

• Sisi negatif, apabila seluruh harga BBM naik – baik subsidi maupun non-subsidi – maka inflasi juga akan terdorong naik. Besarannya terhadap inflasi akan bergantung pada besarnya persentase kenaikan harga bahan bakar tersebut. Bank Indonesia sempat mengeluarkan perhitungan bahwa jika seluruh harga BBM naik IDR1,000 per liter maka inflasi diperkirakan dapat naik sekitar 0.9-1.0%. Kenaikan pada inflasi dapat berdampak pada menurunnya konsumsi masyarakat yang berujung pada perlambatan ekonomi.

• Sisi positif, kenaikan pada harga BBM khususnya BBM bersubsidi bisa membantu mengurangi current account deficit dan defisit pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara lewat alokasi subsidi energi yang lebih kecil. Selama ini tingginya impor minyak menjadi penyebab utama defisit pada transaksi berjalan, khususnya di tengah kenaikan harga minyak dunia.

Untuk tahun depan sektor apa yang menarik untuk dicermati?

Sektor yang menarik untuk dicermati di tahun depan adalah sektor yang selama ini karena alasan kompetisi mengalami tekanan pada profit margin, namun dikarenakan konsolidasi atau para pemain sudah menjadi lebih rasional maka menunjukan perbaikan pada profit margin, beberapa diantaranya adalah;

• Semen. Selama beberapa tahun terakhir sektor semen mengalami perang harga yang disebabkan oleh banyaknya pemain baru menjual harga jauh lebih rendah dibandingkan dengan pemain besar. Akan tetapi di tahun ini pemain besar mulai mampu menaikkan harga jual karena pemain kecil mengalami tekanan biaya batu bara yang semakin tinggi sehingga tidak dapat lagi melakukan perang harga, bahkan beberapa telah berhenti beroperasi.

• Telekomunikasi. Perang tarif yang irasional selama beberapa tahun terakhir menyebabkan profitabilitas sektor telekomunikasi di Indonesia menjadi sangat rendah dibandingkan dengan negara lain. Seperti layaknya sektor semen, telekomunikasi saat ini mulai dapat menaikkan harga dan mengurangi tekanan pada profit margin.  Ke depannya kami tetap memonitor apa yang dilakukan para pemain ini, namun untuk saat ini situasi sudah jauh lebih kondusif. 

Apa strategi investasi yang diterapkan guna menghasilkan alpha pada portofolio?

Strategi kami tetap fokus pada sektor dan saham yang diuntungkan oleh perbaikan ekonomi global serta terlindungi dari efek pelemahan rupiah seperti sektor komoditas. Kami juga melirik saham-saham blue chip yang sudah memiliki valuasi yang cukup menarik setelah mengalami penurunan harga yang cukup dalam selama beberapa bulan terakhir; seperti otomotif yang memiliki valuasi sudah cukup ‘murah’,  telekomunikasi yang diperkirakan akan mengalami kenaikan tarif dan semen yang sudah mulai mengalami konsolidasi. Di samping itu efek pelemahan rupiah sebenarnya membuat pasar saham Indonesia menjadi lebih atraktif bagi investor asing dan aliran dana asing diharapkan akan kembali berinvestasi bila rupiah bergerak stabil.  

Narasumber: Caroline Rusli


 

 

Seeking α adalah komunikasi bulanan yang dirilis oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI). Disampaikan dalam format Tanya-jawab, Seeking α ditujukan untuk menyajikan pandangan para ahli investasi MAMI yang berorientasi ke depan, langsung ke hadapan Anda, para investor profesional MAMI.
Bulan ini, kami mengetengahkan komentar pasar terkini dari Senior Portfolio Manager - Equity, Caroline Rusli, CFA.

Caroline Rusli, CFA
Senior Portfolio Manager - Equity

 

Memiliki izin Wakil Manajer Investasi dari Bapepam 22 Februari 2005 berdasarkan Surat Keputusan Bapepam & LK No. KEP-26/PM/WMI/2005. Caroline memulai karirnya di PT Panin Asset Management,kemudian ia bekerja di PT First State Investments Indonesia. Caroline memperoleh gelar Bachelor of Economics dari University of Tokyo, Jepang.

 

 

PENGUNGKAPAN DAN SANGGAHAN:

IInformasi di dalam dokumen ini disusun berdasarkan sumber yang dapat dipercaya oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia namun PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak menjamin keakuratan, kecukupan, atau kelengkapan informasi dan materi yang diberikan. Baik PT Manulife Aset Manajemen Indonesia atau afiliasinya, maupun direksi, pejabat atau pegawainya tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan yang timbul, baik terhadap atau diderita oleh orang atau pihak apapun dan dengan cara apapun yang dianggap sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan atas dasar keseluruhan atau sebagian dari dokumen ini.

Dokumen ini disusun untuk tujuan pemberian informasi dan tidak dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi, nasihat professional, penawaran, penjualan atau ajakan oleh atau atas nama PT Manulife Aset Manajemen Indonesia kepada siapa pun untuk melakukan pembelian atau penjualan efek. Dokumen ini tidak memuat nasihat investasi, hukum, akuntansi, perpajakan atau pernyataan bahwa suatu investasi atau strategi sesuai atau cocok untuk kondisi Anda, atau merupakan rekomendasi personal untuk Anda. Analisa trend ekonomi di dalam dokumen ini tidak mengindikasikan hasil kinerja investasi masa depan. Dokumen dan pendapat yang disampaikan di dalam dokumen ini dibuat oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia pada tanggal publikasi dokumen, dan dapat berubah sesuai dengan kondisi pasar atau lainnya. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa datang. Investasi mengandung risiko, termasuk risiko berkurangnya nilai awal investasi. Dalam melakukan investasi, apabila ada keraguan, disarankan untuk berkonsultasi dengan penasihat profesional.

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah perusahaan Manajer Investasi dengan izin dari Bapepam No. Kep-07/PM/MI/1997 tertanggal 21 Agustus 1997. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah bagian dari Manulife Asset Management. Informasi selengkapnya mengenai Manulife Asset Management dapat ditemukan di www.manulifeam.com. Manulife Asset Management, Manulife, dan desain logo Manulife adalah merk terdaftar dari Manufacturers Life Insurance Company dan digunakan oleh Manulife dan afiliasinya..