Lombok Bangkit dari Rasa Sakit

Dari sekian banyak lokasi di Indonesia, Pulau Lombok merupakan salah satu  tujuan wisata yang cukup diminati. Memikat tidak hanya wisatawan lokal, tapi juga mancanegara.

Ironisnya, di hari Minggu pagi yang cerah pada 29 Juli 2018, gempa berkekuatan Magnitudo 6,4 mengguncang pulau itu. Gempa yang berasal dari posisi 47 KM Timur Laut Kota Mataram dengan kedalaman sekitar 24 KM, meluluh lantakkan Kecamatan Sambelia, Sembalun, Lombok Timur hingga Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Kecamatan Brang Rea, Lombok Tengah dan Sumbawa.

 

 

Tak kurang dari 10.000 bangunan rumah rusak, 20 jiwa meninggal dan sekitar 400 orang luka-luka.  Peristiwa yang terjadi di luar dugaan ini melumpuhkan Pulau Lombok dan membuat panik seluruh warga sekitar. Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan cepat menyampaikan himbauan kepada suluruh warga agar tetap tenang dan mengikuti perkembangan informasi dari sumber terpercaya.

Bank Danamon sebagai salah satu perbankan yang memiliki kantor cabang di Lombok ikut terkena dampak gempa. Beberapa kantor cabang mengalami kerusakan, serta rasa panik melanda sejumlah karyawan. Membantu komunikasi dengan segenap karyawan, Regional Head Area Bali Nusa Tenggara, Bapak Agus Indrawan langsung membentuk ‘Call Tree’ melalui telepon dan group WA. 

Pengaktifan ‘Call Tree’ dimulai dari  Pimpinan Unit kerja yang kemudian diteruskan kepada jajaran karyawan di bawahnya. Hal ini berfungsi sebagai media koordinasi, serta membantu memonitor kondisi seluruh karyawan beserta keluarga dan kondisi infrastruktur kantor cabang maupun rumah atau tempat tinggal dari masing-masing karyawan agar mendapatkan penanganan pasca bencana.  Dari serangkaian hasil pemantauan, kondisi cabang dan karyawan Bank Danamon dinilai cukup aman dan terkendali. Akan tetapi semuanya tetap berada dalam pengawasan ketat oleh pimpinan terkait.

Selain koordinasi untuk kepentingan internal, Bank Danamon juga membuat satu grup WA bernama ‘Grup Cepat Tanggap Bencana’ yang secara khusus dibuat untuk melakukan koordinasi pemberian bantuan dengan cepat dan tepat kepada para korban gempa Lombok. Grup ini beranggotakan karyawan yang menjadi relawan, serta karyawan yang mewakili manajemen Bank Danamon.

 

 

Penggalangan dana dilakukan untuk membantu para korban gempa. Melalui wadah Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Danamon, Yayasan Danamon Peduli (YDP), tim relawan Bank Danamon mampu mengumpulkan dana sebesar Rp28.900.000 yang digunakan untuk membeli sembako, obat-obatan, serta peralatan yang dibutuhkan. Bantuan ini kemudian didistribusikan ke sejumlah wilayah pada 31 Juli 2018 dan dibagi menjadi dua kelompok.

  • Kelompok 1 yang dipimpin relawan Danamon Simpan Pinjam (DSP), Budi Taufan bertolak ke Desa Obel Obel, Kecamatan Sembalia, Kab. Lombok Timur.
  • Kelompok 2 yang dipimpin relawan Konven, I Made Aryawan, mendistribusikan bantuan ke Desa Sembalun Bung-Bung, Kecamatan Lombok Timur.

Sebelum pemberian bantuan ini dikirimkan, tim Bank Danamon setempat terlebih dahulu mengumpulkan informasi dari BNPD dan para karyawan yang berdomisili di sekitar area bencana untuk menentukan area mana yang membutuhkan bantuan secara mendesak.

Di sela-sela proses pemulihan pasca gempa tanggal 29 Juli 2018, Lombok kembali diguncang gempa pada 5 Agustus 2018. Gempa berkekuatan 7,0 skala Richter terjadi sekitar 27 KM Timur Laut Lombok Utara. Guncangan kembali dirasakan di Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa Barat hingga area Bali.

Gempa kedua kali ini mengakibatkan kerusakan yang cukup parah pada sejumlah bangunan perumahan, ruko, perkantoran serta menyebabkan mati listrik totak di area Lombok dan sekitarnya.

Dampak bencana ini dirasakan juga bagi Kantor Cabang Bank Danamon yang berada di area Lombok dan sekitarnya. Informasi dari Call Tree (grup internal karyawan Danamon) mencatat, cabang konvensional Mataram Pejanggik mengalami dinding retak dan kaca pecah, cabang konvensional Ampenan dan Swate mengalami kerusakan minor, dan cabang DSP di Ampenan, Cakranegara, Bertais, Masbagik, Gerung, Renteng dan Tanjung mengalami kerusakan pada plafon serta dinding.

Berikut adalah data jumlah karyawan Bank Danamon di sekitar Lombok :

  1. Cabang Konven :
    • Jumlah karyawan : 51 orang
    • Jumlah keluarga : 154 orang
    • Jumlah pengungsi : 15 orang
  2. Cabang DSP :
    • Jumlah karyawan : 45 orang
    • Jumlah pengungsi : 5 orang

Aksi Cepat Tanggap Bencana melalui Yayasan Danamon Peduli (YDP) kembali menggalang dana untuk membantu meringankan derita korban gempa. Bantuan biaya sebesar Rp33.901.320 berhasil terkumpul dan digunakan untuk membeli sembako, obat-obatan serta perlengkapan esensial lainnya.

Empat kelompok membagikan bantuan pada tanggal 7-9 Agustus 2018.

  • Kelompok 1 dipimpin relawan DSP, Budi Taufan, bertolak ke Desa Salut, Kec. Kayangan, Lombok Utara.
  • Kelompok 2 dipimpin relawan DSP Chrisna Rahmadani, pergi ke Desa Kekait, Kec. Gunung Sari, Lombok Barat.
  • Kelompok 3 yang juga dipimpin Chrisna Rahmadani bertolak ke Desa Poh Gading, Kec. Priggabaya, Lombok Timur. 
  • Kelompok 4 dipimpin relawan konvensional, Aryawan, mendistribusikan bantuan ke Desa Wadon, Kec. Gunung Sari, Lombok Barat.

 

Selain bantuan kepada masyarakat setempat, relawan internal Bank Danamon juga memberikan bantuan kepada karyawan yang membutuhkan. Karyawan Konvensional Cabang Mataram Pejanggik mendapatkan 10 paket, cabang Ampenan mendapatkan 5 paket, cabang Sweta 4 paket dan karyawan DSP 9 paket.

Tidak hanya itu, bantuan terus diberikan kepada warga yang membutuhkan. Kali ini dana yang terkumpul sebesar Rp48.420.000, digunakan lagi untuk membeli sembako dan perlengkapan lain. Enam kelompok melakukan distribusi di periode 7-9 Agustus 2018:

Kelompok 1 dan 2 bertolak ke Kec. Bayan, KLU, Kec. Pringgabaya, Lombok Timur.

  • Kelompok 3 dan 4 ke Gunung Sari, Lombok Barat, Kec. Gangga, KLU.
  • Kelompok 5 dan 6 ke Desa Malka, KLU, Kec, tanjung, KLU, Desa Gondang kec.gangga, KLU, Desa Karang Anyar Kec.Gangga, Dusun Gitak Kec. Gangga, KLU.

 

Bencana gempa Lombok yang terjadi dua kali mengakibatkan kerusakan yang cukup besar bagi masyarakat Lombok dan sekitarnya. Bangunan dan tempat tinggal porak poranda, infrastruktur yang belum sepenuhnya pulih, kembali rusak. Gempa-gempa susulan dalam skala kecil mengakibatkan trauma dan membuat warga was-was tiap harinya. Namun, bantuan yang datang bertubi-tubi dari para relawan dan aparat lainnya mampu meringankan derita masyarakat. Dukungan juga terus dilayangkan baik dari dalam maupun luar negeri guna mengangkat semangat warga dan mendorong tiap individu untuk bangkit dari derita.

Saatnya Lombok berbenah dan memulihkan kembali perekenomian setempat. Meski masih dalam tahap pemulihan, terlihat sejumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara kerap berdatangan sebagai bentuk dukungan untuk memulihkan Lombok pasca gempa dengan semboyan: Lukamu adalah Lukaku, Senyummu adalah Harapanku, Saatnya Bersatu untuk Maju.

Kontributor Artikel : Sonny Eftavanus - Regional Marketing Manager