Keluarga memang memiliki arti penting tersendiri, dan menjadi tempat pertama seseorang mendapatkan kasih sayang dan pendidikan. Itulah mengapa biasanya antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain memiliki hubungan serta ikatan yang erat. Tak jarang juga orang tidak akan terlalu perhitungan untuk memberikan bantuan, termasuk masalah finansial, jika yang membutuhkan adalah keluarga sendiri.
Beberapa anak yang sudah menikah dan memiliki keluarga kecil sendiri masih tetap berhubungan dengan orang tuanya, bahkan membiayai hidup mereka. Hal ini sangat wajar terjadi di Indonesia di mana setiap anak, meskipun sudah menikah, masih tetap memberikan dukungan finansial kepada orang tuanya sebagai balas budi kebaikan yang mereka lakukan dahulu ketika masih kecil. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya istilah generasi sandwich.
Generasi sandwich merujuk pada kondisi finansial satu generasi di mana ia memiliki dua tanggungan keuangan untuk biaya hidup generasi di bawahnya sekaligus di atasnya. Istilah generasi sandwich pada akhirnya merujuk pada beban finansial yang harus ditanggung oleh seseorang. Apakah Anda termasuk salah satu dari generasi sandwich? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!
Apa itu generasi sandwich?
Generasi sandwich adalah perumpamaan yang muncul untuk menggambarkan generasi yang memiliki dobel tanggungan finansial untuk dua generasi lainnya, yaitu anak-anaknya dan orang tua. Seperti yang sudah Anda ketahui, sandwich memiliki bentuk yang bertumpuk antara roti, daging, sayur, telur, keju, dan kemudian ditumpuk lagi dengan roti di bagian atasnya. Bentuk sandwich yang bertumpuk inilah yang merepresentasikan kondisi keuangan generasi di mana ia harus membiayai generasi di atasnya, yaitu orang tua, dan generasi di bawahnya, yaitu anak-anaknya.
Istilah generasi sandwich sebenarnya muncul di tahun 1981, dikemukakan oleh seorang pekerja sosial bernama Dorothy Miller untuk menggambarkan orang usia paruh baya yang terhimpit di antara anak dan orang tua dalam urusan pemenuhan kebutuhan finansial sehari-hari maupun biaya kesehatan.
Generasi sandwich adalah orang yang berada di tengah-tengah tumpukan sandwich dengan bagian atas adalah tanggungan finansial untuk orang tua, dan tumpukan di bawahnya adalah anak-anak. Secara umum, generasi sandwich tidak merujuk pada seseorang yang lahir di era atau tahun tertentu, namun lebih pada usia orang tersebut. Jadi, orang yang berumur tiga puluh hingga lima puluh tahun, entah itu perempuan maupun laki-laki, adalah golongan umur yang bisa masuk dalam generasi sandwich.
Golongan orang dengan rentang umur tersebut adalah orang-orang yang umumnya sudah menikah dan punya anak, sekaligus masih membiayai kehidupan orang tuanya. Golongan umur ini diharuskan bekerja untuk menghidupi diri sendiri, anak, dan orang tua. Jadi, setiap harinya mereka diharuskan untuk menyeimbangkan waktu antara bekerja, mengurus rumah, dan juga meluangkan waktu untuk berbagi perhatian, kasih sayang, dan waktu untuk dihabiskan bersama anak dan orang tua.
Penyebab generasi sandwich
Generasi sandwich muncul sebagai akibat dari gagalnya orang tua untuk merencanakan keuangan di usia senja sehingga tidak memiliki persiapan tabungan maupun dana untuk menyokong kehidupan setelah tidak bekerja. Peningkatan angka harapan hidup disinyalir menjadi penyebab semakin banyaknya orang yang tergolong generasi sandwich. Sedangkan para orang tua ini tidak menyiapkan dana pensiun dengan baik sehingga mereka harus menggantungkan hidupnya pada anaknya, di mana anaknya sendiri sudah memiliki anak yang harus dibiayai hidupnya. Inilah yang kemudian disebut dengan generasi sandwich.
Di lain sisi, ada juga kasus di mana orang tua sebenarnya sudah menyiapkan dana pensiun, namun tidak memiliki pengelolaan yang baik. Misalnya saja tidak memiliki asuransi kesehatan sehingga jika sakit melanda, dana pensiun terkuras untuk kebutuhan tersebut. Selain itu, jika dipikir lebih jauh lagi, dana pensiun tidak mencukupi semua kebutuhan hidup di masa tua.
Anda sebagai anak dari orang tua, tentu tidak akan meninggalkan begitu saja orang tua terlantar, terlebih di negara Indonesia di mana budaya sopan santun dan menghormati orang yang lebih tua dijunjung sangat tinggi. Sehingga, bagaimanapun juga, Anda harus memiliki perencanaan dana yang matang serta pengelolaan yang baik agar bisa cukup untuk Anda sendiri, anak, dan orang tua. Tidak mudah memang, namun Anda harus tetap menjalaninya.
Cara memutus generasi sandwich: jangan hanya mengandalkan dana pensiun
Bagi Anda yang merasa menjadi bagian dari generasi sandwich, kondisi ini haruslah diputus dan dihentikan karena bisa berdampak buruk bagi Anda sendiri. Membiayai dua generasi sekaligus bisa menimbulkan stres sebagai akibat dari pikiran yang terbagi menjadi banyak hal. Bayangkan saja bagaimana di dalam satu waktu yang sama anak dan orang tua membutuhkan biaya besar dan kondisi tersebut bersifat darurat sehingga mau tidak mau Anda harus mengeluarkan uang yang banyak.
Di situasi sekarang, untuk mengatasi kondisi di mana banyak tanggungan yang harus dibayarkan, Anda bisa mulai merampingkan pengeluaran. Caranya bisa dengan tinggal bersama dengan orang tua untuk mengurangi biaya properti yang tidak terlalu dibutuhkan. Tinggal di rumah yang berbeda dengan orang tua tentu membutuhkan biaya yang lebih besar. Untuk itulah Anda bisa mulai berdiskusi dengan orang tua untuk mengajaknya tinggal bersama agar beban finansial bisa dikurangi.
Di lain sisi, Anda juga harus mengajarkan anak cara mengatur keuangan dan kemandirian finansial. Caranya adalah meminta anak untuk mulai menabung uang jajan yang diberikan dan tidak menghabiskannya untuk berfoya-foya. Di era yang seperti saat ini, pengeluaran anak tentu lebih besar jika dibandingkan dengan dahulu. Anak tentu akan meminta uang untuk jajan, main, internet, gadget, dan hal lainnya. Untuk itulah, agar beban finansial Anda tidak semakin membengkak, bisa mengajarkan anak untuk berhemat. Jangan turuti langsung semua yang diinginkan anak jika tidak ingin Anda kerepotan di kemudian hari.
Sedangkan untuk Anda sendiri di masa depan, supaya tidak menjadi orang tua yang bergantung pada anak sendiri dan menjerumuskan anak menjadi penerus generasi sandwich yang sangat memusingkan ini, mulailah persiapkan finansial Anda untuk masa depan. Bukan hanya dengan mengandalkan dana pensiun karena sudah tentu tidak akan mencukupi. Anda harus menyiapkan sumber dana lain seperti misalnya melakukan investasi yang akan terus bergerak demi biaya hidup di kemudian hari.
Kabar baiknya, saat ini ada beragam opsi yang bisa dipilih untuk berinvestasi demi memutus generasi sandwich. Anda bisa mendaftar Asuransi Jiwa Unit Link dari Danamon. Tidak hanya membantu menyiapkan dana pensiun melalui pertanggungan asuransi jika terjadi sesuatu di masa depan (sakit atau meninggal), ada pula nilai investasi yang memberi keuntungan kompetitif kepada Anda. Dengan begini, Anda bisa mengumpulkan dana pensiun secara lebih optimal.