Menatap Harapan Baru Usai Bencana Melanda

Catatan berawal dari kota Makassar ibukota Sulawesi Selatan. Meski beda provinsi dengan Palu di Sulawesi Tengah, namun efek gempa yang berkekuatan Magnitudo 7,7 cukup terasa dalam durasi yang lama. Getaran di lantai 8 Bank Danamon Kanwil Sulampua Jl. Ahmad Yani Makassar membuat panik. Tak berpikir panjang, kami segera mengevakuasi diri menuju ke halaman kantor.

Berita dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa hari itu, 28 September 2018 sekitar pukul 18.10 WITA, terjadi gempa besar di Sulawesi Tengah, tepatnya di Palu dan Donggala. Gempa ternyata berlanjut  tsunami yang dahsyat menerjang Palu dan sekitarnya hingga lulu lantak dalam sekejap.

Tak lama, Manajemen Bank Danamon di Jakarta langsung berkoordinasi dengan tim Bank Danamon Wilayah Makassar dan Yayasan Danamon Peduli. Prosedur Cepat Tanggap Bencana (CTB) mulai diaktifkan dengan membentuk Group WhatsApp yang anggotanya dari berbagai Unit Kerja dan Divisi terkait sampai jajaran Direksi. Group ini berfokus pada 2 hal utama, yaitu kondisi dan keberadaan karyawan Group Danamon di Palu, serta membentuk tim relawan yang akan berangkat ke Palu.

Hari berikutnya, Posko Cepat Tanggap Bencana di Makassar pun dibentuk. Herry Hykmanto (Direktur Bank Danamon) terjun langsung mengkoordinir aksi cepat tanggap ini. Michellina Triwardhany (Wakil Direktur Bank Danamon), Restu Pratiwi (Ketua Yayasan Danamon Peduli), Jajaran Direksi, Manajemen serta  beberapa pejabat Danamon Jakarta dan Makassar, terus memantau perkembangan dampak gempa dan tsunami Palu. Kekhawatiran memuncak karena komunikasi telepon dari dan ke Palu terputus.

Di tengah kecemasan itu, tim menyusun aksi tercepat yang bisa dilakukan, yaitu mengirim relawan dari Makassar sebagai pembuka jalan dan jalur komunikasi dengan karyawan yang terisolasi di Palu. Tidak adanya pesawat komersil ke Palu bandara Sis Al-Jufri Palu rusak, menjadi kendala utamanya. Satunya-satunya akses adalah menumpang pesawat Hercules TNI AU Lanud Hasanuddin Mandai, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Ini pun tidak mudah, karena Hercules mengutamakan tenaga dokter dan Tim SAR Makassar. Setelah antrian panjang akhirnya tim berhasil terbang dan mendarat di Palu pada hari Minggu (30/10). 

 

Lewat satu orang relawan yang berhasil ikut di Hercules, pencarian akses dan informasi tentang keberadaan dan kondisi karyawan di Palu bisa dimulai. Pimpinan Danamon Cabang Palu, Rima Kalalo, berhasil terhubung dan melaporkan diri di Posko CTB Danamon Palu. Perkembangan berikutnya, seluruh karyawan Bank Danamon berjumlah 76 orang berserta keluarga dinyatakan selamat. Sedangkan sebagian karyawan Adira Finance yang berjumlah 231 orang belum diketahui kondisi dan keberadaannya.

Tahapan berikutnya adalah pengiriman bantuan logistik ke Palu. Bantuan ini bukan hanya untuk karyawan, tetapi juga masyarakat yang dari hari ke hari terus bertambah jumlahnya. Pengiriman ke Palu ternyata tidak mudah karena jalur darat dari Makassar menuju Palu melalui Mamuju – ibukota Sulawesi Barat, terputus akibat gempa terputus akibat gempa. Parahnya lagi, terjadi penjarahan barang bantuan oleh oknum masyarakat di sepanjang jalur ini. Sehingga harus mencari alternative lain.

Tim kemudian mencoba jalur dari luar Makassar memanfaatkan jaringan kantor Cabang Bank Danamon yang terdekat, yaitu :

Dari Tolitoli, menggunakan armada kapal Feri, melalui Bank Danamon dan  Adira Finance cabang Tolitoli. Pengadaan dan pembelian logistik dilakukan di kota itu. Bantuan senilai Rp50 juta kemudian berhasil dikirim ke Palu, dikawal beberapa relawan dari karyawan perusahaan. Logistik inilah yang tiba pertama kali di Palu tanggal 2 Oktober 2018.

Dari Balikpapan, melalui Kapal milik PELNI – KM Bukit Siguntang. Total nilai bantuan logistik sebesar Rp80 juta, dikawal oleh 3 orang relawan dari karyawan.

Dari Manado, menggunakan pesawat Hercules TNI AU Lanud Samratulangi Manado. Total nilai bantuan logistik adalah Rp50 juta dikawal oleh 2 orang relawan.

 

 

Pengiriman berikutnya dilakukan dari dua jalur dengan perincian sebagai berikut :

• Jalur Makassar dengan menumpang Kapal Cargo milik PELNI – Logistik Nusantara 1 yang bertolak dari Pelabuhan laut Soekarno Hatta Makassar. Bantuan ini bernilai Rp150 juta dari Yayasan Danamon Peduli, Program Karyawan Danamon Peduli dan Adira Finance.

• Jalur Jakarta dengan kapal laut bekerjasama dengan ACT (Aksi Cepat Tanggap) Jakarta.

 

Berkat fasilitas dari Pemerintah, upaya pengiriman seluruh bantuan logistic untuk korban gempa dan tsunami ini semakin mudah.

Kisah yang tak kalah mengharukan adalah ketika para karyawan Group Danamon yang menjadi relawan untuk membagikan bantuan kepada masyarakat di Palu. Meski sebenarnya mereka juga korban, tetapi dengan penuh semangat, antusias dan sikap peduli yang tinggi mereka tetap melakukan tugas mulia itu. Trauma dan tekanan mental psikis yang mereka alami  tak menyurutkan semangat menolong sesama.

 

Di sisi lain, dalam hitungan lebih satu minggu pasca bencana, teman-teman relawan sudah harus kembali bertugas melayani nasabah di 3 kantor cabang Bank Danamon di Palu. Sungguh terharu melihat bangunan Bank Danamon yang walaupun berantakan akibat gempa, tapi masih berdiri kokoh. Juga para relawan Danamon yang kembali bekerja melayani nasabah.Nilai-nilai perusahaan sungguh terwujud nyata melalui manusia-manusia kuat tersebut.

 

 

Tak hanya relawan Palu, relawan karyawan Makassar, Manado, Tolitoli, dan Balikpapan pun harus diapresiasi. Rela meninggalkan keluarga menuju Palu, menjalani rutinitas dalam kondisi darurat, tidur di tenda, makan ala kadarnya, dan tetap bertahan di tengah gempa susulan yang terus terjadi. Tugas mereka tak hanya membantu karyawan di Palu, tapi juga siap jemput dan angkut logistik ratusan koli yang berdatangan untuk para korban lain.

Bencana itu mengajarkan kita peduli. Mengajarkan kita berbagi. Bencana itu menimpa mereka, tapi mereka tetap menjadi pribadi yang kuat dan tabah menjemput harapan baru. Bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami memang tidak bisa kita hindari. Sebagai manusia, kita wajib mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, berserah dan memohon perlindungan-Nya. Selain itu, kita juga harus peka dan waspada terhadap bencana yang bisa datang kapan saja. Simak tips dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami di sini

Kontributor Artikel : Muhammad Suardi Husain - Regional Marketing Head


Testimonial

Rima Kalalo – Branch Manager Bank Danamon Cabang Palu 

Saat gempa, karyawan masih di kantor. Sebagian di lantai 1 lari keluar menyelamatkan diri, sementara di lantai 2 bertahan tidak turun karena khawatir celaka saat menuruni tangga. 

Saya mencoba menenangkan diri dan berserah kepada Tuhan. Kalau memang sudah selesai waktunya di dunia, saya sudah siap berpulang pada waktu momen itu. Ternyata Tuhan masih ijinkan  kami bertahan. 

Saya butuh membangun semangat diri dan tim dengan cepat.  Jika berlama-lama, kita tidak bisa menolong diri dan orang lain.

Teman-teman di Palu luar biasa. Mereka ikhlas bekerja mengatur logistik untuk dibagi ke masyarakat walau rumah mereka rusak parah. Belum lagi hujan lebat. Tapi mereka tetap semangat. Perasaan haru muncul setiap kali mengantarkan bantuan. Masyarakat berterima kasih atas perhatian dan peduli Bank Danamon.


Novy Kambong - Regional Consumer Collection Head

Saya melihat langsung penderitaan para korban bencana. Bantuan Bank Danamon melalui Yayasan Danamon Peduli sangat membantu. Saya dan teman-teman mengambil hikmah dan pengalaman dari bencana ini. Kami berterima kasih dan bersyukur bisa terlibat dalam aksi sosial Yayasan Danamon Peduli.

Dampak besar dari bencana ini adalah rusaknya infrastruktur kota. Rumah dan tempat usaha penduduk yang dikumpulkan dengan jerih payah bertahun-tahun membuat mereka terpukul secara mental. Mereka butuh biaya dan waktu yang lama untuk pemulihan.

Bencana ini teguran Tuhan kepada manusia yang harus bisa diterima dengan ikhlas. Ini adalah kuasa dan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebagai relawan kami harus bisa survive dengan keadaan, makan secukupnya, serta tidur dengan ketakutan. Kami bisa merasakan kesusahan masyarakat yang kena bencana.